Masyarakat Indonesia tetap
hanya akan berada pada tingkatan “mengkon-sumsi” baik peralatan lunak
(software), perangkat keras (hardware), tenaga kerja trampil (brainware), dan
bahkan informasi itu sendiri (infoware). Bila tidak diatasi hambatan non teknis
di atas Indonesia sulit beranjak menjadi tingkat “produsen” baik informasi
apalagi peralatan. Sehingga metoda-metoda participatif, kolaboratif dalam
disain sistem akan sangat sulit diterapkan bila pandangan dan konseptual
masyarakat terhadap pelemparan idea masih dalam tingkatan seperti sekarang ini.
Akhirnya mungkin masyarakat akan terjebak kembali untuk menyalahkan “meto-da
disain” kembali. Dengan kata lain disain sistem selalu diubah tanpa melakukan
review secara komprehensif dan holistik tentang dimana kekurang tepatan sistem,
apakah di sisi requirement, disain, implementasi, atau aplikasi. Semuanya itu
membutuhkan keterlibatan masyarakat luas secara langsung secara positif.
Dalam hal ini
pemasyarakatan Open Source sedikit banyak dapat memberi-kan dampak perubahan
pemikiran mengenai keterlibatan publik pada perbaikan suatu sistem. Beberapa
hal perlu dilakukan agar Open Source dapat memberikan dampak yang lebih dari
sekedar teknologi alternatif belaka:
Dukungan
media massa. Pada saat ini bisa dikatakan Open Source
yang di luar negeri telah begitu mendapat sorotan, karena membawa perubahan terhadap
ekonomi, hukum hak cipta, dan pola organisasi dan politik (bahkan dimanfaatkan
kandidat Presiden Amerika untuk materi kampanye), masih sedikit diulas oleh
media massa Indonesia. Bahkan karena Open Source ini tidak didukung oleh dana
pemasaran dari pihak perusahaan besar maka sulit sekali komunitas Open Source
membuat suatu kegiatan atau dobrakan yang memiliki peluang untuk mendapat
sorotan dari pihak media massa. Dalam hal ini kerja sama dengan pihak media
massa akan fenomena baru ini perlu digalang dengan lebih baik lagi di masa
men-datang.
Dukungan
vendor perangkat lunak dan perangkat hukum.
Dunia bisnis perangkat lunak setengah hati mempopulerkan gerakan kesadaran
hukum. Sebab bila makin kuatnya penyebaran kesadaran hukum di kalangan
pengguna, maka a-kan menyebabkan para pengguna cenderung memilih perangkat
lunak Open Source. Sebab bisa dikatakan pada situasi ekonomi yang sulit ini,
pilihan satu-satunya yang memenuhi azas legalitas dan kemampuan finansial
hanyalah perang-kat lunak Open Source. Sudah barang tentu ini kurang disenangi
oleh penyedia perangkat lunak komersial biasa. Walau seharusnya pendekatan
seperti yang dila-kukan oleh Informix, Oracle, Sybase, SAP dan lainnya dalam
mendukung Linux dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi dunia bisnis TI di
Indonesia.
Dukungan
pemerintah dan dunia usaha. Dukungan pemerintah dan
dunia usaha sebagai pengguna solusi Open Source ini sangat dibutuhkan. Dengan
mem-promosikan open source berarti merupakan suatu kebijakan positif dari
pemerin-tah yang akan mendorong ke arah inovasi dan kompetisi yang akan
mencegah ter-jadinya monopoli. Di samping itu pemanfaatan Open Source secara
luas di institu-si pemerintah dan dunia usaha akan membantu kondisi
perekonomian secara ma-kro. Pemanfaatan Open Source ini sangat cocok bagi
beberapa proyek pemerintah misal, GIS, Pemilu, Sistem Informasi dan lain
sebagainya.
Dukungan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti YLKI, atau
LBH sangat dibutuhkan bagi gerakan Open Source ini. Sebab pada hekekatnya Open
Source ini akan mengembalikan hak-hak konsumen yang selama ini telah diambil
alih oleh perusahaan besar. Publik atau konsumen mendapat posisi yang lebih
kuat dalam kerangka Open Source. Di USA , Australia dan Eropa berbagai LSM
telah mulai secara aktif menekan pemerintah untuk menggunakan produk Open
Source. Hal ini disadari oleh mereka karena selama ini kondisi user atau publik
sangat lemah dalam pola closed source. Kasus Y2K dan virus Melissa me-nunjukkan
bahwa konsumen akan selalu menanggung kerugian akibat kesalahan dan ketertutupan
pengem-bangan yang dilakukan oleh produsen perangkat lunak.
Dukungan
dunia pendidikan. Pendidikan sangat penting dalam memben-tuk
pola pikir masyarakat banyak. GNU/Linux sangatlah cocok bagi dunia pendi-dikan.
Lembaga pendidikan tinggi seringkali tidak terasa menjadi kepanjangan tangan
dari pemasaran produk komersial, menerima tawaran potongan harga teta-pi
membatasi pemilihan penggunaan perangkat lunak. Ini mengakibatkan banyak
pengguna yamg meninggalkan berbagai program yang memberikan fungsi yang baik
dan efektif, seperti EXtree, Sidekick dan
sebagai-nya. Sudah saatnya lembaga pendidikan tinggi sadar akan posisinya dan
dampak yang ditimbulkan pada pemilihan perangkat lunak yang digunakan. Di
Indonesia beberapa lembaga pendidikan telah mulai menggunakan solusi Open
Source wa-laupun sebagian besar dikarenakan alasan finansial. Belum tampak
adanya dukungan “total” secara formal dari lembaga perguruan tinggi di
Indonesia.
Dengan dukungan dari
berbagai pihak tersebut diharapkan Open Source dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan masyarakat luas di Indonesia, serta membe-rikan dampak positif bagi
para penggunanya
0 komentar:
Posting Komentar